oleh

Asal Usul Nama Rumah Sakit Umum Dr. Kanujoso Djatiwibowo

-Sejarah-20,209 views

Dr. Kanujuso Djatiwibowo adalah putra kedua dari 10 bersaudara Djojowibowo, seorang asisten wedana di Madiun, Jawa Timur. Kanujoso Djatiwibowo merupakan sosok yang disiplin dan tekun, setamat dari Algemene Middelbare School ( AMS ) , sekarang SMA 3 Yogyakarta, dia memutuskan menuntut ilmu kedokteran di Genneskundige Hoge School ( GHS ) Jakarta.

Walaupun sebagai mahasiswa gemblengan Belanda ternyata tidak menghalangi Kanujoso untuk terjun dalam kancah pergerakan nasional. Dia adalah seorang pendiri organisasi Indonesia Muda ( IM ) dan menjabat sebagai ketua II Pengurus Besar Pergerakan Nasional tersebut.

Setelah lulus sebagai dokter, dia melanjutkan pendidikan untuk spesialis Tenggorokan, Hidung dan Telinga ( THT ) pada perguruan yang sama. Namun pada pertengahan pendidikannya, dia mendapat panggilan tugas sebagai kepala Rumah Sakit ( RS ) di Balikpapan, Kalimantan Timur. Meski dia masih sangat asing dengan Kota Balikpapan, tapi dia tetap menerima amanah itu.

Di RS Balikpapan, dia diharuskan menjalankan semua fungsi pelayanan medis dari kebidanan sampai pembedahan, disamping fungsi administrasi sebagai satu-satunya dokter di RS Balikpapan. Keharusan tersebut tidak membuatnya terbebani, namun malah membuatnya untuk sesantiasa tekun mempelajari ilmu-ilmu medis. Akan kesadaran pentingnya pendidikan, selama dinasnya Kanujoso Djatiwibowo menanggung biaya pendidikan adik-adiknya.

Baca :  78 Serdadu Belanda Dihukum Mati Di Klandasan

Pada usia 29 tahun sekitar tahun 1938, Kanujoso kembali ke Jawa untuk menikah dengan RA Pratiwi, seorang wanita aktivvis palang merah. Kedua mempelai baru itu tidak bisa berlama-lama menikmati bulan madunya, karena harus kembali ke Balikpapan.

Bersama sang istri, dr Kanujoso Djatiwibowo menjalankan berbagai tugasnya sebagai tenaga medis, baik di RS, praktek pribadi maupun kunjungan rutin ke daerah pedalaman. Dalam dinasnya, Kanujoso dikenal sebagai dokter dan atasan yang sangat disiplin dan tidak pernah membeda-bedakan pasien.

Menjelang invasi Jepang ke bumi Nusantara, Kanujoso meminta istri dan anak-anaknya mengungsi ke Jawa, demi keselamatan keluarga yang amat dicintainya. Namun dia sendiri bersikeras untuk tidak meninggalkan RS, karena sangat dibutuhkan oleh pasien-pasiennya.

Sejak pengungsian keluarga sekitar 1942, dia tetap menjalankan tugas medis dibawah pemerintahan Jepang. Hingga akhirnya pada 1946, keluarganya di Jawa menerima kabar melalui International Red Cross bahwa Dr. Kanujoso Djatiwibowo telah gugur dieksekusi Jepang pada 20 Juni 1945, menjelang kekalahan Jepang dalam Perang Dunia ke II.

Baca :  Hari Jadi Kota Balikpapan Berasal Dari Pengeboran Sumur Minyak Mathilda

Jasad Dr. Kanujoso Djatiwibowo dipindahkan dari Tanah Grogot ke Balikpapan, dan kini telah dipindahkan pula ke Taman Makam Pahlawan ( TMP ) Kembang Kuning, Surabaya. Atas jasanya, khususnya mengingat dedikasinya pada tugas kesehatan hingga gugur sebagai syuhada, Pemerintah RI pada 26 Mei 1968 menganugerahkan Penghargaan Satyalencana.

Kanujoso Djatiwibowo memang seorang pemuda yang berasal dari Pulau Jawa, namun dalam hidupnya yang singkat sekitar 36 tahun, dia telah mengabdikan diri di Balikpapan, hingga akhirnya harus gugur dieksekusi penjajah Jepang. Namanya pun diabadikan sebagai nama RSUD Kota Balikpapan yang saat ini berlokasi di Kawasan Jalan MT. Haryono No. 656, Batu Ampar, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan..

sumber :

cover buku minyak dan revolusiJudul : Minyak dan Revolusi
Karya :  Herry Trunajaya  BS dan Muhammad Asran